Di sudut kampung, terlihat induk ayam sedang asyik berburu makanan. Mengais rizki dari sisa-sia makanan manusia yang tidak dibuang. Ya, ayam-ayam itu memang persis berada di belakang salah satu warung desa yang cukup ramai dikunjungi orang.
Lalu, apa kali ini kita akan membahas soal warung dan sisa makanan yang terbuang? Cukup menarik memang membahas hal itu, namun kali ini justru perhatianku tertuju pada tingkah induk ayam dan anak-anaknya.
Ada hal yang menarik. Pertama kulihat, sempat ku berpikir bahwa jahat sekali sih induk ayam itu??… Betapa tidak, saat ada anak ayam menghampirinya, si induk ayam selalu menendang-nendang anak ayam itu. Ya, awalnya memang saya tidak terlalu paham mengapa si induk berbuat demikian. Subhanallah.. saya masih tertahan, untuk kemudian diberi kesempatan Allah untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan dan praduga-praduga saya tadi.
Apakah induk ayam saking serakahnya atau saking sibuknya, sehingga bahkan pada saat mencari makan, dia tidak mau diganggu oleh anak-anaknya yang merengek minta makan..??
Salah seorang sahabat yang bersama saya waktu itu kemudian mengatakan pada saya bahwa memang induk ayam biasa melakukan itu. Mereka mencoba untuk memberi dan melatih anaknya agar mulai bisa belajar mandiri. Menendang-nendang mereka saat mereka (si anak-anak ayam) mendekat untuk merengek minta makan pada induknya, ternyata adalah bentuk wujud mereka untuk memberitahu anak-anaknya “Nak, coba cari sendiri ya…!”
Ya, beberapa saat setelah anak-anak ayam tumbuh, induk ayam mulai melatih anak-anak mereka mandiri dalam mencari makan. Meski juga anak mereka terlihat masih kecil, anak-anak ayam itu sudah mulai dilatih untuk bisa mandiri dan mau berusaha memperjuangkan nasibnya.
Manusia adalah makhluk yang tertinggi derajatnya.. namun tak ada salahnya kita juga belajar dengan iqro’ pada tingkah laku ayam. Moga bermanfaat.